Jumat, 02 Desember 2016

Ikatan Ion

A. IKATAN ION Ikatan ion terbentuk ketika atom-atom yang terlibat ikatan mempunyai perbedaan keelektronegatifan yang besar. Atom yang memiliki keelektronegatifan lebih besar (jari-jari atom kecil, muatan inti efektif (besar) menarik elektron bersama dalam ikatan lebih kuat dibandingkan lawannya sehingga elektron ikatan ini lebih bergeser ke arahnya (atom ini menjadi bermuatan negatif atau anion). Atom-atom non-logam di posisi kanan dalam tabel unsur periodik memiliki sifat ini. Sedangkan, atom lawannya yang mempunyai keelektronegatifan lebih kecil (jari-jari atom besar, muatan inti efektif keci) hanya menarik elektron ikatan dengan lemah sehingga harus merelakan elektron ikatan bergesaer menjauhinya, dan atom ini menjadi bermuatan positif atau kation. Dapat kita anologikan ikatan ion yaitu, sumo sebagai atom lebih elektronegatif, jari-jari atom kecil dan muatan inti efektif tinggi, menarik tali tambang (elektron ikatan) dengan lebih kuat dibanding anak kecil (atom dengan muatan inti efektif rendah). Secara sederhana, ikatan ion sering digambarkan sebagai serah-terima elektron atau transfer penuh elektron atau ikatan antar logam dan non-logam , suatu ikatan yang terjadi pada atom yang mempunyai muatan yang besarnya sama namun memiliki muatan yang berlawanan tanda. Ikatan ion terbentuk sebagai akibat adanya gaya tarik menarik antara ion positif dan ion negatif. Ion positif terbentuk karena unsure logam melepaskan elektronnya, sedangkan ion negatif terbentuk karena unsur nonlogam menerima elektron. Ikatan ion terbentuk karena perbedaan keelektronegatifan antar atom-atom yang berikatan bernilai > 2,0. Atom yang lebih elektronegatif akan menjadi ion negatif atau anion, sedangkan yang kurang elektronegatif menjadi ion positif atau kation. Terbentuk kation dan anion, karena bermuatan berlawanan, akan terjadi tarik-menarik elektrostatik menghasilkan suatu senyawaan yang digolongkan sebagai senyawa ion. Sebagai contoh, ikatan yang terjadi pada ikatan garam yaitu ikatan antara atom sodium dan chlor . Nomor atom sodium adalah sebelas dan nomor atom klor adalah 17. Elektron-elektron dari kedua unsur tersebut terdapat pada tiga kulit atau orbitnya. Kulit pertama dan kedua dari sodium maupun chlor memiliki konfigurasi elektron yang sama dengan atom Neon. Sedangkan kulit ketiganya diisi oleh sisa elektron yang dimilikinya. Kulit ketiga sodium diisi oleh satu elektron, sedangkan kulit ketiga chlor diisi oleh tujuh elektron. Atom sodium memiliki satu elektron pada kulit terluar dan elektron ini memiliki ikatan yang sangat lemah dengan inti atomnya. Sedangkam atom chlor memiliki tujuh elektron pada kulit terluarnya. Ikatan elektron dari kulit terluar ini memiliki ikatan yang sangat kuat dengan inti atomnya. Agar atom sodium mencapai kesetimbangannya, maka jumlah elektron pada kulit terluar harus sama dengan delapan. Hal ini dapat dicapai dengan melepas satu elektron yang terdapat pada kulit terluar. Sehingga konfigurasi elektronnya sama dengan konfigurasi elektron gas Neon. Dengan hilangnya satu elektron ini, maka muatan atom sodium menjadi bermuatan satu positif. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Muatan atom merupakan selisih dari muatan elektron dengan muatan proton pada inti atom. Muatan elektron adalah negative satu, sedangkan muatan proton adalah positif satu. Diketahui bahwa jumlah proton yang berada pada inti sama dengan nomor atom tersebut. Atom sodium memiliki jumlah proton sebanyak 11 dan jumlah proton pada atom chlor adalah 17 proton. Akibat hilangnya satu elektron, maka sodium memilki 10 elektron. Sedangan jumlah protonnya ada 11. Dengan demikian selisihnya adalah satu proton dengan muatan positif. Artinya atom sodium bermuatan positif satu. Dan dinotasikan dengan Na1+ atau Na+
Atom chlor memiliki tujuh elektron pada kulit terluarnya. Agar dapat mencapai jumlah elektron menjadi delapan, maka atom chlor dapat menerima satu elektron. Hal ini akan lebih mudah dicapai jika dibandingkan chlor harus melepas tujuh elektron pada kulit terluarnya. Karana ikatan elektron dengan inti atomnya sangat kuat. Dengan menerima satu elektron pada kulit terluarnya, maka jumlah elektron pada atom chlor menjadi 18 elektron. Sedangkan jumlah protonnya adalah 17. Dengan demikian selisih muatan antara 18 muatan negatife dari elektron dan 17 muatan positif dari proton adalah sama dengan satu muatan negatife. Dan dinotasikan dengan Cl1- atau Cl–
Dari sini diketahui bahwa atom sodium dan atom chlor memiliki muatan yang berlawanan. Atom sodium cenderung melepaskan satu elektron, sedangkan chlor membutuhkan satu elektron. Ikatan ion terjadi ketika satu elektron dari kulit terluar sodium pindah ke kulit terluar chlor. Sehingga masing-masing atom mencapai jumlah delapan elektron pada kulit terluarnya. Atom sodium bermuatan positif dan disebut dengan ion positif atau kation, sedangkan atom chlor bermuatan negatife dan disebut ion negatife atau anion. Ikatan yang terjadi antara kedua ion ini disebut ikatan ion. Secara umum unsur logom memiliki elektron pada kulit terluar sama atau kurang daripada tiga elektron. Ini artinya unsur logam cenderung melepaskan elektronnya dan atom logam lebih cenderung menjadi ion positif atau menjadi kation. Jika muatan yang dimiliki oleh unsur-unsur yang membentuk ikatan tidak sama, maka pembentukannya dapat menjadi molekul dari unsur-unsurnya. Missal H2O atau molekul air, yang dibentuk oleh dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Struktur senyawa ion dimana ion-ion positif dan ion-ion negatif membentuk pola yang teratur dalam kristal sedemikian sehingga membawa konsekuensi bagi sifat-sifat fisika senyawa ion, yaitu :Berupa padatan pada suhu kamar, mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi, bersifat konduktor listrik hanya pada fasa cair (lelehan) atau jika dilarutkn dalam air, dan bersifat keras dan kaku, tetapi rapuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar